Minggu, 06 Mei 2018

Kesan Pertama Punya Akun Wattpad




Sebenarnya udah dari tahun 2015, aku punya akun wattpad. Tapi baru dua tahun terakhir, aktif dan publish cerita disana.

Jujur aja, alasan aku buat akun wattpad itu murni untuk baca cerita doang. Gak ada kepikiran buat nulis cerita disana. Semuanya berawal dari hobi aku yang suka baca fanfiction. Jadi waktu itu pas lagi asyik-asyik searching terus tiba-tiba nemu sebuah fanfiction diwattpad. Coba-coba buka wattpad dari pc dan baca ff itu. Kebetulan tu ff keren banget meski pake bahasa inggris. Berhubung aku gak ada akun wattpad, aku jadi iseng-iseng buat akun disana khusus buat baca ff yang keren tadi (aku lupa nama ff-nya. Soalnya pake bahasa inggris. Cast-nya Red Velvet sama Winner).

Bulan November 2015 pertama kali buat akun diwattpad.

Habis baca ff tadi, aku sempet gak buka-buka akun wattpad selama 1 tahun (kasian tu akun dianggurin). Dulu wattpad gak sebooming sekarang. Jadi aku sempet lupa kalau aku pernah punya akun wattpad. Jiaaaah...

Terus pas tahun 2016, lupa tepatnya tanggal dan bulan berapa, aku coba-coba buka wattpad lagi (waktu itu kuota lagi banyak, terus bingung mau browsing apaan, jadinya buka wattpad). Aku baca beberapa cerita disana, mulai dari ff, teenlit, sama chicklit. Rata-rata ceritanya bagus banget. Tiba-tiba aku punya keinginan untuk nulis cerita disana.

Setelah membaca bissmillah dan tarik napas dalam-dalam, aku coba nulis sebuah ff yang terinspirasi dari lagu 'We don't Talk Anymore' dari Charlie Puth. Aku pake cast Jungkook BTS sama Yeri Red Velvet (sumpah itu aku random banget milih cast-nya, aku waktu itu bukan fans couple JungRi, cuma suka aja ngeliat moment mereka #nahloh. Karna tema ff-nya anak sekolahan, jadi aku pilih mereka sebagai cast).

Aku inget banget waktu itu. Habis ngeklik kata 'publish' diwattpadku, aku langsung ketawa ngakak. Kenapa? Karna aku nulis ff itu cuma iseng-iseng doang dan aku bakalan nebak gak bakalan banyak yang baca, soalnya itu cerita cuma 1 chapter doang (oneshoot).

Waktu itu akunku masih 0 followers pemirsa~ Miris banget kan? Udah gitu berani publish cerita lagi :')

Sehari, dua hari, tiga hari, gak ada yang komen atau vote itu ff. Boro-boro komen/vote, yang baca aja gak ada wkwk.

Sampe akhirnya tuh ff terlupakan...

Beberapa minggu kemudian, aku dapet notif diemailku kalau ada orang yang komen ff-ku diwattpad. Sumpah, aku syok banget! Terus aku buka lagi akun wattpadku.

Sebuah komen tertera disana.
"Buat lagi yang berseri thor~"

Meski komennya singkat, aku jadi gembira nan riang. Baru kali ini ada orang yang komen di ff aku. Terus pas lihat jumlah yang ngevote, aku tercengang pemirsa.

5 vote!
Sedikit tapi nyenengin :D

Terus orang yang komen ff-ku tadi ternyata follow aku. Jadilah aku punya 1 follower. HOREEE!

Sampai akhirnya aku punya niat buat ff lagi, tapi kali ini yang berseri alias punya chapter banyak. Aku nulis lagi, publish lagi, nulis lagi, publish lagi.

Dan alhamdulillah sekarang udah 5 ff yang aku publish (terhitung mei 2018). Dua ff udah completed, Tiga ff masih ongoing. Dan followers aku udah 72 :D

Sebenarnya tantangan nulis diakun wattpad itu cuma satu : KITA GAK BOLEH NYERAH. Kenapa aku bilang gitu? Karena cerita yang kita publish terkadang gak terlalu banyak yang baca dan vote. Terkadang kita suka patah semangat kalau ngeliat votenya dikit doang. Tapi jangan pernah berhenti nulis disana, karena yakin aja, suatu saat nanti cerita kita bakalan banyak yang baca dan vote tapi hal itu memerlukan waktu yang lama. Asal kita mau sabar aja, pasti cerita kita bakalan jadi populer kok :') aku pernah ngerasain soalnya.

Kalau kalian punya akun wattpad, silahkan follow akun aku : @renandaputri93.
DM aja, ntar aku follback❤

Jumat, 24 Maret 2017

Kerajaan Inggris dan Berbagai Cerita Cinta didalamnya




Berawal dari kesukaanku sama film-film yang berbau ‘princess-princess yang cantik jelita dengan gaun kembang-kembang kuncup’, aku sekarang jadi suka nyari film barat yang seperti : The Other Boleyn Girl, The Duchess, The Young Victoria, Marie Antoinette, dll. Bisa dibilang film kayak gitu bergenre ‘Historical Romance’ artinya film cinta yang mengambil cerita pada zaman dahulu. Kalo untuk film-film kerajaan Inggris kayak yang aku sebutin diatas itu diangkat dari kisah nyata alias pernah kejadian.

The Other Boleyn Girl (2008)


Awalnya aku sempet kesel sama peran Anne Boleyn. Dia termasuk cewek yang punya karakter ‘jahat tapi keliatan baek’. Terus aku juga kesel sama peran Mary Boleyn juga, dia cepet tergoda sama si ‘Henry VIII’. Kaget rasanya pas nonton endingnya. Awalnya aku kira nih film cuma cerita fiksi doang, tapi ternyata diangkat dari kisah nyata ‘keluarga Boleyn’ pada abad 17.

Kisah nyata Anne Boleyn bisa dibaca disini : Anne Boleyn

Kalo kalian gak suka sama endingnya yang tragis, mending gak usah nonton film ini ya, daripada nyesel belakangan :p

The Duchess (2008)



Kalo disuruh milih antara film Boleyn Girl sama The Duchess, aku lebih milih The Duchess. Disini karakter peran Georgiananya kuat, bukan tipe yang ‘mau-ditindas-semau-suaminya’. Endingnya sedikit mengesalkan, but overall filmnya bagus. Tetap happy ending kok.

Kisah nyata Georgiana Spencer bisa dibaca disini : Georgiana Cavendish

The Young Victoria (2009)



Aku belum sempat nontonnya, tapi udah baca sinopsisnya diinternet. Ceritanya tentang Victoria, ratu Inggris (ratu Victoria) bareng suaminya (Pangeran Albert). Film ini lebih menekankan cara Ratu Victoria menjalankan pemerintahan.

Kisah nyata Ratu Victoria bisa dibaca disini : Queen Victoria

Dibawah ini ada list film-film yang bersetting kerajaan Inggris atau kehidupan pada abad 17-19, khusus untuk cerita Historical Romance :
1.  Anna Karenina (2012) : diangkat dari novel.
2. Pride & Prejudice (2005) : diangkat dari novel.
3. Atonement (2007) : diangkat dari novel.
4. Becoming Jane (2007) : film biografi tentang kisah cinta Jane Austen, seorang novelis abad 18
5. The Great Gatsby (2013) : diangkat dari novel.
6. Grace Of Monaco (2014) : film biografi tentang mantan artis Amerika, Grace Kelly yang kemudian menjadi Putri Monaco.
7. Marie Antoinette (2006) : diangkat dari kisah nyata Ratu Prancis, Marie Antoinette.
8. A Royal Night Out (2015) : diangkat dari kisah nyata Putri Elizabeth (cerita komedi) XD
9. The Affair of the Necklace (2001) : diangkat dari kisah nyata kejadian ‘Affair of The Diamond Necklace’ pada tahun 1785.
10. Beloved Sisters (2014) : diangkat dari kisah nyata penyair Jerman, Friedrich Schiller.
11. Belle (2013) : diangkat dari kisah nyata Dido Belle.
12. A Royal Affair (2012) : diangkat dari kisah nyata Putri Caroline Matilda.
13. The Girl King (2015) : diangkat dari kisah nyata Putri Swedia, Christina.
14. The Golden Age (2007) : diangkat dari kisah nyata Elizabeth I.
15. La princesse de montpensier (2010) : Film prancis yang diangkat dari novel.

Drama Televisi bersetting abad pertengahan sampai 19 :
1. The White Queen (2013) : 10 episode
2. The Scandalous Lady W.
3. Reign (2013-2014) : 67 episode dengan 4 season (nb : film fantasi sejarah)
4. The Virgin Queen (2005) : 4 episode
5. Outlander (2014) : 29 episode dengan 2 season

Sekian dan Terima Kasih.

Jumat, 17 Maret 2017

Warna Surga



Ada banyak hal yang terlintas dalam benakmu saat kau sekarat. Yang dikatakan orang bahwa kehidupan berputar ulang di depan matamu itu benar. Kau teringat berbagai kenangan dari masa kecil dan remajamu --- gambaran yang lebih spesifik, hidup dan nyata, bagaikan percikan cahaya yang kemilau meledak di otakmu.

Entah bagaimana kau bisa memahami seluruh hidupmu dalam satu refleksi sekejap itu, seolah itu adalah pemandangan panorama. Kau tidak punya pilihan selain melihat berbagai keputusan dan prestasimu --- atau ketiadaannya --- dan memutuskan sendiri apakah kau sudah melakukan semaksimal mungkin.

Dan kau merasa sedikit panik, berharap mendapatkan satu kesempatan lagi untuk semua momen indah yang tidak kau hargai, atau satu hari lagi bersama orang yang kurang mendapat cintamu.

Kau juga bertanya-tanya dalam beberapa detik yang panik dan singkat itu, selagi jiwamu melesat melalui terowongan gelap, apakah surga ada diujung lain, dan bila iya, apa yang akan kau temukan disana.
Seperti apakah surga? Apa warnanya?

Lalu kau melihat cahaya --- cahaya yang cemerlang dan menyilaukan --- lebih menenangkan dan penuh cinta ketimbang yang dapat dipaparkan oleh kata-kata, dan akhirnya semuanya menjadi masuk akal untukmu. Kau tidak lagi takut, dan kau tahu apa yang menanti didepan.


Julianne MacLean, penulis novel The Color Of Heaven (Warna Surga)

Jumat, 05 Agustus 2016

Uang Receh





Dulu waktu masih sekolah, kalau ada sisa jajan uang receh, aku suka simpan didalam tabungan dan nggak pernah aku ganggu-ganggu meski koin-koin receh itu udah menggunung dan hampir keluar dari kaleng tabungan. Buatku, uang receh itu gak terlalu berarti dan agak ribet buat dipake soalnya kita harus ngumpulin koin-koin receh itu dulu sebelum dipake buat membeli sesuatu (butuh waktu yang agak lama buat melakukan itu). Aku tipe orang yang praktis. Kalau dalam soal uang, aku lebih milih uang kertas karena gak ribet.

Sampailah pada suatu ketika, disuatu hari yang menyadarkanku kalau uang receh itu berharga banget.

Jadi ceritanya, waktu itu sebulan sebelum wisuda, aku dan mama pergi belanja buat keperluan wisuda nanti. Kami mengunjungi salah satu tempat shopping di Pontianak. Pas pulang, aku ngambil uang receh dari saku dan kasih ke tukang parkir buat membayar jasa dia yang udah ngejagain motorku selama 2 jam kami belanja. Tukang parkir itu menerima uang receh dari aku dan tiba-tiba dia komentar, “Mbak, uangnya kurang seratus nih.”

What?

Aku langsung noleh ke tukang parkir itu dengan kening berkerut lima kali lipat. Cuma seratus doang? Kenapa gak diikhlasin aja sih? Aku sibuk menggerutu dalam hati dan Cuma mandangin wajah si abang tukang parkir dengan wajah super duper sebel. Waktu itu pas siang hari dan matahari lagi terik-teriknya, kebayang deh gimana keselnya aku waktu itu.

...

Karena aku sama sekali gak merespon, akhirnya si abang tukang parkir ngalah dan dia bilang gak masalah kalau uangku kurang seratus rupiah. Well, akhirnya (mungkin) dengan berat hati, dia mempersilahkan aku buat membawa motorku pulang. Sampai di rumah, aku ngomel-ngomel dan curhat ke mama. Ngejelek-jelekin si abang tukang parkir. Mamaku langsung bilang, “Duit seratus rupiah mungkin gak berharga buat kamu Nan, tapi mungkin buat dia itu berharga banget. Bayangin aja kalau sepuluh orang uangnya kurang seratus, berarti dia rugi seribu rupiah.”

Omongan mama memang ada benarnya juga. Aku merasa kasihan sama si abang tukang parkir, tapi di satu sisi aku masih sebel dan kesal. Berbulan-bulan setelah kejadian itu, aku udah wisuda dan Cuma berdiam diri di rumah alias nganggur. Aku sibuk buat lamaran kerja ke sekolah-sekolah dan masih belum ada panggilan. Selama nganggur, ortu gak ada kasih uang buat jajan. Kalau pulsa habis minta uang ke ortu. Sumpah, rasanya malu banget! Udah nganggur, minta uang ke ortu lagi!

Akhirnya aku teringat sama kaleng tabungan aku yang dulu. Pas aku cek, didalamnya banyak banget uang receh. Pas aku hitung, uang recehnya mencapai ratusan ribu. Akhirnya aku pake uang receh itu buat isi pulsa (malu minta uang ke ortu jadinya begitu deh).

Saat masa-masa nganggur itulah, aku sadar kalau uang receh itu berharga banget. Aku berhenti nyalahin si abang tukang parkir yang protes ke aku karena uang seratus rupiah. Kalau aku jadi dia, mungkin aku juga ikut protes. Biar bagaimanapun juga uang receh sama berartinya kayak uang kertas.

Sekarang aku udah dapat kerja dan aku nggak mau menganggap sepele uang receh lagi. Kalau bosku kasih gaji uang receh pasti aku bakalan terima, asalkan uang recehnya sekarung aja (haha).

Minggu, 13 Desember 2015

Ciye...ciye... dijodohin...ciye...


Dari anak TK sampe anak kuliahan pasti udah tahu sama fenomena ‘Dijodoh-jodohin’. Ada yang jadi tersangka dan ada yang jadi korban. Buat yang jadi tersangka, mereka pasti merasa senang bukan main saat mengolok-olok si korban. Didalam hati mereka ada bunga-bunga yang bermerkaran kayak orang yang lagi jatuh cinta. Sedangkan si korban mengalami dua kemungkinan :
1) Merasa senang karena emang suka sama yang dijodohin sama dia.
2) Merasa bete abis sampe pengen gigit kaos kaki karena kagak suka sama yang dijodohin sama dia.

Aku yakin setiap orang yang ngerasain bangku sekolah pasti udah pernah ketemu sama fenomena kayak beginian. Bisa jadi tersangka bisa jadi korban.
Termasuk aku.

Sialnya, dari zaman masih ingusan alias SD sampe bangku kuliah, aku selalu jadi korban dijodoh-jodohin. Kalo ada kontes dijodoh-jodohin, aku bakalan dapat juara 1. Mungkin karena aku orangnya introvert, jadi teman-temanku suka godain aku dan menjodoh-jodohkan aku dengan cowok yang dipilih mereka secara ‘random’.

Tapi kalo ngomongin random, gak bener juga sih. Sebenarnya selalu ada alasan dibalik dijodoh-jodohin yang terjadi denganku. Alasan yang SADIS dan TIDAK MASUK AKAL yang diciptakan oleh teman-temanku yang berwajah SOK POLOS -_-

Waktu SD, aku pernah dijodohin sama cowok yang beda kelas. Disuatu pagi yang cerah, tiba-tiba aja teman-temanku dari kelas sebelah pada nyorakin “Ciye...ciye...nanda ada yang suka.” Keningku langsung berkerut 100 kali lipat dari biasanya. Karena waktu itu aku masih anak-anak dan gak tahu apa yang namanya ‘suka-sukaan’ jadi aku gak peduliin dan whateverlah mereka mau bilang apa. But, beberapa hari kemudian, si-cowok-yang-dijodohin-sama-aku-yang-polos-ini lewat didepanku dan dia...SENYUM pemirsaaahhh.... Sebenarnya aku kaget, tapi waktu itu aku pasang wajah DATAR aja alias poker face alias bitch face. Alhasil tuh cowok gak berani lewat depanku lagi dan teman-temannya gak pernah berani buat ngolok-ngolok lagi.


Setelah SD, fenomena dijodoh-jodohin itu kembali terulang lagi dibangku SMP. Kalo ini sih aku seneng jadi korban karena aku memang suka ama tuh cowok #LOL. Gosip dijodoh-jodohin itu berasal dari mulut teman-temanku. Yaah aku kira itu cowok ngerasa terganggu but dia fine-fine aja. Bahkan aku sama cowok itu sempat dekat tapi pada akhirnya kami berjauhan karena ada sesuatu yang gak mengenakkan terjadi diantara kami (Diskip aja deh ya)

Lanjut!

Saat SMA, waah ini ceritanya lebih parah lagi. Kalo dulu aku cuma mengalami ajang ‘perjodohan’ selama 1 tahun aja tapi di SMA aku harus mengalami jodoh-menjodohkan itu selama hampir 3 tahun alias dari kelas 1 sampe lulus sekolah. It’s weird, isn’t? Aku sama cowok yang dijodohin sama aku itu tidak punya perasaan apa-apa satu sama lain (sepengetahuanku) Tapi teman-temanku sama teman-teman dia selalu ngegodain kami bahkan sampe kami udah lulus SMA. Untung aja pas kuliah, aku, cowok itu dan teman-teman kami gak satu kampus, kalo gak pasti jodoh-menjodohkan itu berlangsung sampe sekarang.

Saat kuliah, aku juga sempat dijodoh-jodohkan sama salah satu teman sekelasku. Yaa aku tahu tu cowok punya rasa sama aku dan dia sempat melancarkan aksi PDKTnya ke aku. But, aku gak punya perasaan apa-apa dan hanya anggap dia temen aja. Lainpula cerita waktu PPL. Siswa-siswa yang aku ajar ngejodohin aku sama salah satu teman PPLku (padahal aku sama teman PPLku itu gak terlalu AKRAB) Anak-anak sekarang udah berani ngejodohin gurunya -_-

Yah begitulah cerita jodoh-menjodohkan yang menimpaku selama ini. Aku selalu menjadi korban. Sebenarnya gak terlalu masalah sih buat aku, aku biasa-biasa aja, tapi aku juga ngerasa terganggu juga apalagi saat teman-temanku yang gak tahu waktu, tempat dan kondisi selalu goda-godain. Pernah suatu waktu, teman-temanku ngegodain aku pas jam pelajaran. Untung aja guru kami gak marah, bahkan salah satu guru kami ikut ngegodain aku -_-

Dari semuanya, sama sekali gak pernah sampe jadian. Boro-boro jadian, deket aja gak. Contohnya waktu pas SMA #LOL. Aku yang introvert ngerasa gak nyaman saat anak-anak kelas lain jadi merhatiin aku gara-gara gosip jodoh-menjodohkan itu. Walhasil aku jadi pusat perhatian dan aku gak suka. Bahkan pernah suatu waktu, aku sampe gak mau ke kantin karena takut ketemu sama cowok yang dijodohin sama aku + teman-temannya yang jahil.

Jadi korban jodoh-menjodohkan itu bener-bener gak nyaman kecuali kalo kamu sama dia saling suka. Jodoh-menjodohkan bisa jadi peluang buat kamu untuk PDKT ma orang yang dijodoh-jodohin sama kamu. Tapi lain cerita kalo kamu sama dia gak saling suka. Jodoh-menjodohkan bisa jadi NERAKA yang harus kamu lalui tiap hari. Apalagi kamu harus menanggung resiko dijauhi sama gebetan karena gebetan nyangka kamu suka sama orang yang dijodohin ke kamu. Pasti hati jadi teriris-iris kayak sembilu. Tapi dibawa have fun aja! Karena meski merasa gak nyaman, ajang jodoh-menjodohkan bisa jadi hiburan ditengah-tengah jenuhnya belajar disekolah (pelarian kali ah).

Skripsweet atau Skripshit?


Saya Bersama Skripsi Kesayangan

Menulis skripsi adalah hal wajib dan harus dilalui mahasiswa buat lulus kuliah. Bayangin aja, selama kamu kuliah dan berusaha mati-matian mendapatkan nilai bagus, eehh penentu kelulusannya bukan nilai, tapi skripsi #WatDeHell. Aku udah mengalami masa-masa menulis skripsi dari bulan januari 2015 sampe akhirnya selesai pada bulan November 2015. Hampir satu tahun berurusan dengan skripsi dan itu membuatku jenuh setengah mati.

Pernah dengar istilah Skripsweet atau skripshit?

Skripsweet adalah istilah yang dipake kalo kamu ngerasa buat skripsi itu menyenangkan. Selama kamu menulis skripsi, kamu ngerasa fine-fine aja bahkan merasa bahagia. Skripsi itu bagai biskuit buat kamu, enak dan gurih.

Skripshit adalah istilah yang dipake kalo kamu ngerasa buat skripsi itu kayak lagu Meggy Z “Jatuh bangun aku mengejarmu~~” Kamu ngerasa apes pes pes, BT, Bosan, Risau, Galau dan berbagai perasaan lainnya selama kamu ‘berpacaran’ dengan skripsi.

Buat aku sendiri, istilah yang cocok buat skripsiku mungkin skripshit kali ya. Lebih banyak gak enaknya daripada enaknya.

Pertama kali nulis skripsi itu biasa-biasa aja. Aku dapet pembimbing yang ‘welcome’ banget dan enak buat diajak konsul. Cuma satu aja halangannya pada saat itu. Aku kurang dapat referensi buat skripsiku. Skripsiku berhubungan dengan metakognisi dan hanya sedikit buku berbahasa Indonesia yang mengupas tentang metakognisi. Sebenarnya diinternet banyak sumber tentang metakognisi, tapi buatku rasanya gak afdol kalo comot dari internet.

Bulan April 2015, akhirnya aku diizinkan buat seminar desain penelitian. Waktu itu Kaprodi ngasi dosen yang agak ‘killer’ buat jadi dosen pembahasku. Bayangkan, dosen pembahasku adalah dosen yang paling aku ‘keselin’. Selama aku diajar mereka aku selalu dapat D pemirsaaahh, D! Padahal aku rajin masuk dan nilai UTSku juga gak terlalu rendah (meski nilai UAS agak ancur lebur T_T) Sumpah waktu seminar, aku merasa keringat dingin, tangan gemetaran, kaki gak berhenti ngetuk-ngetuk lantai dan tangan yang gak berhenti mainin pulpen. Pokoknya aku gugup abis saat itu.

Tapi ternyata mereka (dosen pembimbing + pembahas) kasih aku nilai B untuk seminar. Aku gak berhenti mengucapkan ‘alhamdulillah’ Ada rasa senang yang membuncah dari dalam hati.

But, rasa senangku akhirnya berakhir sebulan kemudian.

Menurutku kesusahan sebelum seminar itu belum ada apa-apanya dibandingan kesusahan setelah seminar. Setelah seminar, kita harus terjun ke lapangan buat penelitian dan mengambil data. Terus setelah itu baru buat Bab 4 dan bab 5.

Saat pengerjaan bab 4 dan bab 5 itulah aku ngerasa ‘JATUH BANGUN AKU MENGEJARMU~~” Malapetaka pertama dimulai saat dosen pembimbing pertama sibuk dan gak punya waktu buat merevisi skripsiku. Dosenku termasuk dosen penting dikampus, beliau sering rapat, jadi moderator dan berbagai kesibukan lainnya. Apalagi saat aku ngerjain bab 4 dan bab 5 adalah waktu semester ganjil dimulai. Dosen-dosen pada sibuk buat daftar mahasiswa baru. Alhasil skripsiku terbengkalai dimeja dosen selama 2 minggu. Setelah bolak-balik ke kampus dan ketemu dosen buat nagih ‘revisi’ akhirnya skripsiku direvisi juga sama dosen dan beliau nyuruh aku buat lanjut revisi ke dosen pembimbing kedua.

Well, malapetaka kedua pun dimulai.

Dosen pembimbing kedua TIDAK SETUJU dengan instrument penelitianku. Padahal instrument itu udah divalidasi dan udah dipake buat penelitian. Beliau bilang kalo instrument penelitianku agak kurang cocok buat penelitianku. Waktu itu badanku langsung lemas. Bayangan bakal penelitian lagi buat kepalaku pusing. Gila! Kalo disuruh penelitian lagi aku angkat tangan deh! Rugi waktu dan rugi uang! Saat penelitian kita harus mengeluarkan duit banyak buat ngeprint/fotocopy soal-soal yang akan diberikan pada siswa. Bayangin aja kalo penelitian lagi, mau gak mau aku harus ngeluarin duit lagi buat itu semua.


Tapi untung aja dosen pembimbing keduaku itu gak nyuruh penelitian lagi. Beliau cuma nyuruh revisi sedikit instrument penelitiannya dan bab 4 khususnya pada pembahasan harus DIROMBAK TOTAL. Itu artinya pembahasan bab 4 yang udah aku buat selama ini gak dipake dan harus buat pembahasan yang baru lagi. ASTAGANAGA!

Dengan sistem kebut semalam dan waktu tidur hanya 5 jam per hari, akhirnya aku bisa menyelesaikan bab 4 dan bab 5 dalam kurun waktu 3 hari. Bisa ditebak, mataku saat itu persis kayak mata panda, cekung dan hitam. Mamaku aja sempet khawatir. Tapi aku bilang “I’m fine mom, it’s okay” dengan gaya sok yang pengen buat orang muntah seember.

Akhirnya bulan Oktober aku dapat tanda tangan dari dosen pembimbing dan tanggal 26 Oktober 2015 aku sidang.

Mau tahu aku sidang berapa lama?

2 JAM!


Kalo ada rekor muri mungkin aku bakalan dapat penghargaan sebagai ‘Mahasiswa dengan SIDANG paling Terlama tahun 2015’ Selama sidang, aku dijejali dengan berpuluh-puluh pertanyaan. Ada pertanyaan yang bisa aku jawab dan ada yang enggak. Saat aku gak bisa jawab pertanyaan, yang aku lakukan adalah pura-pura sibuk bolak-balik kertas skripsi padahal dalam hati aku berkata “watdepak! Apa nih jawabannya! Oh shit! Oh damn!” berbagai sumpah serapah memenuhi otakku yang lagi kacau.

Pada akhirnya, mungkin karena dosen merasa gak tega dengan muka memelasku yang jelek abis, akhirnya mereka kasih nilai A untuk skripsiku.

A? A?


“Skripsi kamu ini susah, saya tahu.”
Salah satu dosen pengujiku mengaku kalo skripsiku itu susah buat anak-anak S1 kayak aku. Dosen aja bilang susah, apalagi mahasiswa? Emang sih judul skripsiku gak pernah dipake sama orang selama ini. Bisa dibilang, aku orang pertama yang berani ngambil judul kayak begitu. Padahal kalo dibandingkan sama teman-temanku yang lain, mereka rata-rata pada ngambil ‘aman’ dengan membuat judul skripsi yang udah familiar alias udah mainstream.

Dengan mempertimbangkan usaha dan kerja kerasku selama ini, mungkin karena alasan itulah dosen-dosenku kasih nilai A. Aku bener-bener merasa terharu saat itu. Ternyata dosen-dosenku perhatian dan mereka ngerti dengan usahaku selama ini. Makasih ya pak! Semoga bapak-bapak sekalian masuk surga ya~ Amin.

Yaa begitulah kisahku selama ngerjain skripsi. Skripshit yang bener-bener menguras tenaga dan waktu akhirnya membuahkan hasil yang manis. Gak sia-sia aku menulis skripsi selama ini. Apalagi dengan nilai A membuat aku merasa sangat bahagia #LOL.

Buat teman-teman yang lagi menulis skripsi dan ngerasa pengen menyerah, ingatlah! Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Kalo kamu menyerah dan menunda-nunda, mau sampai kapan skripsi kamu terbengkalai? Mau gak mau nantinya kamu juga bakalan menghadapi skripsi dan sidang. Tetap kerjakan skripsi kamu walaupun kamu udah ngerasa jenuh setengah mati. Karena hasilnya pasti bakalan memuaskan.

NB : Dosen diam-diam juga mengetahui kerja keras kita loh. Kerja keras kamu jadi nilai tambah saat sidang nanti! So, jangan putus asa!